PARADIGMA INTEGRASI-INTERKONEKSI
UIN SUNAN
KALIJAGA
YOGYAKARTA
A. Pendahuluan
Setelah
lebih dari setengah abad lika-liku perjalanan IAIN Sunan Kalijaga dalam
keterlibatan aktif mengikuti segala dinamika perubahan zaman sejak
diresmikannya IAIN Aljami’ah pada tahun 1960. Akhirnya setelah memasuki tahun
2004 lembaga pendidikan tinggi islam tersebut diberikan peluang untuk
mereformasi diri, melalui surat keputusan bersama berikut penandatangan nya
oleh mentri pendidikan nasional dan mentri agama republic Indonesia, yang
menetapkan bahwa pada tanggal 23 januari 2004 Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadi Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan Nomor
1/0/SKB/2004; Nomor ND/B.V/1/HK.00.1/058/4.
B. Menyimak
perjalanan IAIN menjadi UIN SUNAN KALIJAGA
Konversi
dan pengembangan IAIN menjadi UIN SUNAN KALIJAGA merupakan sebuah proyek
keilmuan, yakni proyek besar dalam reintegrasi epistemology keilmuan agama
(religi) dan umum(sains) yang mengandung arti perlunya untuk saling
mendialogkan dan kerjasama yang lebih erat antara dua keilmuan tersebut dimasa
yang akan datang.
Secara yuridis
formal, transformasi IAIN menjadi UIN telah final dengan ditandatanganinya
keppres no.50 tahun 2004 pada tanggal 21 juni 2004 oleh presiden Indonesia pada
waktu itu Megawati Soekarno Putri. Terjkait dengan upaya pengembangan tersebut,
secara akademik diperlukan sebuah rumusan kerangka dasr keilmuan yang menjadi
paradigm bagi pengembanggan seluruh program studi.
Usaha untuk melahirkan sebuah
paradigm keilmuan ini menjadi perhatian utama. Tercatat sejak tahun 2002, upaya
pembahasan ini mulai serius di lakukan. Adapun beberapa upaya yang telah di
lakukan adalah sebagai berikut:
1) Seminar LOKAKARYA pada tanggal 18-19 September
2002 tentang Reintegrasi Epistomologi pengembangan
keilmuan di IAIN. Proceeding seminar dan lokakarya tersebut kemudian di
terbitkan oleh SUKA press dengan judul Menyatukan
kembali ilmu-ilmu agama dan umum: Upaya mempertemukan Epistomologi islam dan
umum.
2) Rountable
Disscussion pada tanggal 28 juni 2004 sebagai tindak lanjut seminar
lokakarya.
3) Perumusan kerangka
dasar kurikulum UIN sunankalijaga pada tanggal 3-5 juli 2004 oleh tim pengurus
masing-masing fakultas.
4) Penyusunan rencana program kegiatan perkuliahan
semester (RPKPS) pada tanggal 15-17 september 2005
5) Penulisan
modul bahan ajar pada tanggal 1-2 oktober 2005
Beragam upaya telah dilakukan, bermacam diskusi dan konseptualisasi pun telah dilaksanakan. Pada akhirnya di sepakatilah paradigm keilmuan baru yang di kenal dengan “PARADIGMA INTEGRASI INTERKONEKSI”, di pelopori oleh M. Amin Abdullah selaku rector UIN sunan kalijaga sekaligus penggagas paradigma tersebut.
C.
Sekilas
tentang Paradigma Integrasi-Interkoneksi
Integrasi
interkoneksi merupakan dua kata yang berbeda tapi mempunyai maksud dan tujuan
yang sama yaitu menggabungkan dan mengkaitkan dua persoalan yang dianggap
terpisah. Dalam hal ini, integrasi berarti mengkaji atau mempelajari tentang
bidang tertentu dengan tepat melihat bidang keilmuan lainnya sedangkan,
interkoneksi berarti melihat keterkaitan dengan berbagai disiplin ilmu. Kata
integrasi dalam kamus ilmiah popular bermakna penyatuan dan penggabungan
menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga pada hakikatnya paradigm integrasi
interkoneksi ingin menunjukkan bahwa
antara berbagai bidang keilmuan saling memiliki keterkaitan.
Pendegatan
integratif-interkoneksi merupakan pendekatan yang berusaha untuksaling
menghargai antara keilmuan agama dan umum, serta sadar akan keterbatasan masing
masing disiplin keilmuan yang dimiliki
dalam memecahkan persoalan kehidupan manusi ayang multi dimensi. Pendekatan
tersebut adalah suatu upaya sadar untuk menjadikan sebuah saling keterhubungan
antara disiplin keilmuan agama dan disiplin keilmuan umum, bukan merupakan
pendekatan yang salinhng melumat ataupun saling meleburkan antara keduanya.
Menurut M. Amin Abdullah, roh interkoneksitas disiplin keilmuan dalam paradigm
integrasi interkoneksi adalah saling keterkaitan.
Konfigurasi
bangunan paradigm integrasi interkoneksi dapat diskemakan dalam beberapa bentuk gambar sebagai berikut:
Pada skema gambar 1, terlihat
Entitas tunggal yang berdiri sendiri tanpa melihat keberadaan (eksistensi) yang
lain, sehingga tidak memerlukan bantuan metodolologis yang diperlukan oleh
keilmuan. Etitas ini mengklaim bahwa dirinya sendiri sajalah yang mampu
mengatasi dinamika permasalahan kehidupan manusia yang komplek. Corak berfikir model ini merupakan
simbol dari keangkuhan ilmu pengetahuan.
Pada skema gambar 2, terlihat
adanya keilmuan lain yang bermunculan.
Disiplin keilmuan dalam entitas ini masih berdiri sendiri-sendiri, tahu akan
keberadaan keilmuan lain tetapi tidak mau bersentuhan maupun bertegur sapa
dengan yang lain. Entitas tersebut lebih terlihat terpisah , steril dri kontak
dan intervensi keilmuan lain. Disiplin keilmuan ini diasumsikan justru akan
menjadi permasalahan dalam kehidupan.
Pada skema gambar 3, terlihat
masing-masing disiplin keilmuan telah sadar akan keterbatasn yang melekat pada
diri sendiri sehingga dalam memecahkan dinamika permasalahan manusia yang
kompleks bersedia untuk berdialog, bekerjasama, saling memanfaatkan metode
berfikir dan penelitian ,serta pendekatan yang digunakan oleh disiplin ilmu
lain guna melengkapi kekurngan mereka masing-masing.
D.
Penutup
1).
Kesimpulan
Ø Paradigm
integrasi interkoneksi merupakan paradigm keilmuan yng lahir dari sebuah
momentum akbar dalam transformasi IAIN menjadi UIN yang diamksud untuk saling
menggabungkan dan saling mengkaitkan keilmuan agama dan keilmuaan umum.
Ø Paradima
integrasi interkoneksi dalam kurikulum UIN Sunan Kalijaga diwujudkan dalam bentuk matakuliah pada setiap program studi,
yakni mahasiswa harus menyelesaikan
matakuliah ilmuagama dan ilmu umum melalui system kredit semester (SKS) sesuai
dengan ketentuan masing-masing program studi.
Refrensi :
Skripsi Muhammad Ivan Falahy, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Jurusan Aqidah dan
Filsafat fakultas Ushuludin, dalam penelitiaannya tentang “Paradigma integrasi
interkoneksi di UIN SUNAN KALIJAGA Yogyakarta” maret-juni 2012.