Rabu, 21 November 2012



PARADIGMA INTEGRASI-INTERKONEKSI
 UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA

A.      Pendahuluan
Setelah lebih dari setengah abad lika-liku perjalanan IAIN Sunan Kalijaga dalam keterlibatan aktif mengikuti segala dinamika perubahan zaman sejak diresmikannya IAIN Aljami’ah pada tahun 1960. Akhirnya setelah memasuki tahun 2004 lembaga pendidikan tinggi islam tersebut diberikan peluang untuk mereformasi diri, melalui surat keputusan bersama berikut penandatangan nya oleh mentri pendidikan nasional dan mentri agama republic Indonesia, yang menetapkan bahwa pada tanggal 23 januari 2004 Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan Nomor 1/0/SKB/2004; Nomor ND/B.V/1/HK.00.1/058/4. 

B.      Menyimak perjalanan IAIN menjadi UIN SUNAN KALIJAGA
Konversi dan pengembangan IAIN menjadi UIN SUNAN KALIJAGA merupakan sebuah proyek keilmuan, yakni proyek besar dalam reintegrasi epistemology keilmuan agama (religi) dan umum(sains) yang mengandung arti perlunya untuk saling mendialogkan dan kerjasama yang lebih erat antara dua keilmuan tersebut dimasa yang akan datang.
Secara yuridis formal, transformasi IAIN menjadi UIN telah final dengan ditandatanganinya keppres no.50 tahun 2004 pada tanggal 21 juni 2004 oleh presiden Indonesia pada waktu itu Megawati Soekarno Putri. Terjkait dengan upaya pengembangan tersebut, secara akademik diperlukan sebuah rumusan kerangka dasr keilmuan yang menjadi paradigm bagi pengembanggan seluruh program studi.
                Usaha untuk melahirkan sebuah paradigm keilmuan ini menjadi perhatian utama. Tercatat sejak tahun 2002, upaya pembahasan ini mulai serius di lakukan. Adapun beberapa upaya yang telah di lakukan adalah sebagai berikut:
1) Seminar LOKAKARYA pada tanggal 18-19 September 2002 tentang Reintegrasi Epistomologi pengembangan keilmuan di IAIN. Proceeding seminar dan lokakarya tersebut kemudian di terbitkan oleh SUKA press dengan judul Menyatukan kembali ilmu-ilmu agama dan umum: Upaya mempertemukan Epistomologi islam dan umum.
2)  Rountable Disscussion pada tanggal 28 juni 2004 sebagai tindak lanjut seminar lokakarya.
3)  Perumusan kerangka dasar kurikulum UIN sunankalijaga pada tanggal 3-5 juli 2004 oleh tim pengurus masing-masing fakultas.
4) Penyusunan rencana program kegiatan perkuliahan semester (RPKPS) pada tanggal 15-17 september 2005
5)  Penulisan modul bahan ajar pada tanggal 1-2 oktober 2005
   
     Beragam upaya telah dilakukan, bermacam diskusi dan konseptualisasi pun telah dilaksanakan. Pada akhirnya di sepakatilah paradigm keilmuan baru yang di kenal dengan “PARADIGMA INTEGRASI INTERKONEKSI”, di pelopori oleh M. Amin Abdullah selaku rector UIN sunan kalijaga sekaligus penggagas paradigma tersebut.

C.      Sekilas tentang Paradigma Integrasi-Interkoneksi

Integrasi interkoneksi merupakan dua kata yang berbeda tapi mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu menggabungkan dan mengkaitkan dua persoalan yang dianggap terpisah. Dalam hal ini, integrasi berarti mengkaji atau mempelajari tentang bidang tertentu dengan tepat melihat bidang keilmuan lainnya sedangkan, interkoneksi berarti melihat keterkaitan dengan berbagai disiplin ilmu. Kata integrasi dalam kamus ilmiah popular bermakna penyatuan dan penggabungan menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga pada hakikatnya paradigm integrasi interkoneksi ingin  menunjukkan bahwa antara berbagai bidang keilmuan saling memiliki keterkaitan.
Pendegatan integratif-interkoneksi merupakan pendekatan yang berusaha untuksaling menghargai antara keilmuan agama dan umum, serta sadar akan keterbatasan masing masing  disiplin keilmuan yang dimiliki dalam memecahkan persoalan kehidupan manusi ayang multi dimensi. Pendekatan tersebut adalah suatu upaya sadar untuk menjadikan sebuah saling keterhubungan antara disiplin keilmuan agama dan disiplin keilmuan umum, bukan merupakan pendekatan yang salinhng melumat ataupun saling meleburkan antara keduanya. Menurut M. Amin Abdullah, roh interkoneksitas disiplin keilmuan dalam paradigm integrasi interkoneksi adalah saling keterkaitan.
Konfigurasi bangunan paradigm integrasi interkoneksi dapat diskemakan dalam beberapa bentuk gambar sebagai berikut:

 

                                        
                     Pada skema gambar 1, terlihat Entitas tunggal yang berdiri sendiri tanpa melihat keberadaan (eksistensi) yang lain, sehingga tidak memerlukan bantuan metodolologis yang diperlukan oleh keilmuan. Etitas ini mengklaim bahwa dirinya sendiri sajalah yang mampu mengatasi dinamika permasalahan kehidupan manusia yang komplek.  Corak berfikir model ini merupakan simbol  dari keangkuhan ilmu pengetahuan.
                         Pada skema gambar 2, terlihat adanya keilmuan lain yang  bermunculan. Disiplin keilmuan dalam entitas ini masih berdiri sendiri-sendiri, tahu akan keberadaan keilmuan lain tetapi tidak mau bersentuhan maupun bertegur sapa dengan yang lain. Entitas tersebut lebih terlihat terpisah , steril dri kontak dan intervensi keilmuan lain. Disiplin keilmuan ini diasumsikan justru akan menjadi permasalahan dalam kehidupan.
                     Pada skema gambar 3, terlihat masing-masing disiplin keilmuan telah sadar akan keterbatasn yang melekat pada diri sendiri sehingga dalam memecahkan dinamika permasalahan manusia yang kompleks bersedia untuk berdialog, bekerjasama, saling memanfaatkan metode berfikir dan penelitian ,serta pendekatan yang digunakan oleh disiplin ilmu lain guna melengkapi kekurngan mereka masing-masing.
D.      Penutup

1). Kesimpulan
Ø  Paradigm integrasi interkoneksi merupakan paradigm keilmuan yng lahir dari sebuah momentum akbar dalam transformasi IAIN menjadi UIN yang diamksud untuk saling menggabungkan dan saling mengkaitkan keilmuan agama dan keilmuaan umum.
Ø  Paradima integrasi interkoneksi dalam kurikulum UIN Sunan Kalijaga diwujudkan dalam  bentuk matakuliah pada setiap program studi, yakni mahasiswa harus  menyelesaikan matakuliah ilmuagama dan ilmu umum melalui system kredit semester (SKS) sesuai dengan ketentuan masing-masing program studi.

Refrensi :
Skripsi Muhammad Ivan Falahy, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Jurusan Aqidah dan Filsafat fakultas Ushuludin, dalam penelitiaannya tentang “Paradigma integrasi interkoneksi di UIN SUNAN KALIJAGA Yogyakarta” maret-juni 2012.